أن المغلوب مولع أبدا بالاقتداء بالغالب في شعاره وزيه ونحلته وسائر أحواله وعوائده
Begitu, sosiolog muslim, Abd al-Raḥmān Ibn Khaldun dalam karya monumentalnya Muqaddimah Ibn Khaldun. Menurut Ibn Khaldun yang wafat pada tahun 808 H ini, pecundang selamanya akan memiliki kecenderungan mengikuti penakluk, dalam atribut, pakaian, cara berpikir, bahkan cara hidup dan kebiasaannya.
Peringatan Ibn Khaldun ini, memang patut direnungkan, dan semakin nampak ketika Barat menjadi power kekuatan dunia saat ini. Segala sesuatunya tentunya bakal menjadi menjadi tren. Tak hanya soal pakaian, tapi juga pola pikir dan tokoh panutan, dalam bentuk afirmasi dan budaya.
Dari teori Ibn Khaldun, tidak heran jika di sekolah² saat ini, lebih kerap diajarkan tentang sejarah raja-raja dan pimpinan negara dari dunia Barat. Seolah, kemajuan modern saat ini hanya dimiliki oleh Barat, meski sejatinya, peradaban Islam juga melahirkan para pimpinan yang gemilang. Mereka mengubah dunia dan tercatat dengan tinta emas. Berikut beberapa pemimpin Islam yang memiliki kontribusi besar dalam kemajuan peradaban dunia.
Umar bin Khattab (583-644)
Khulafaur Rasyidin kedua ini memelopori banyak instrumen negara modern. Mulai dari kesetaraan di depan hukum, kesejahteraan yang ditanggung negara, dan sebagainya. Tak heran, ia masuk daftar tokoh paling berpengaruh di dunia versi Michael H Hart.
Harun al-Rasyid (763-809)
Sultan kelima Dinasti Abbasiyah ini terkenal bijak. Ia memulai pendirian Baitul Hikmah di Baghdad, perpustakaan kelas dunia yang menjadi titik mula capaian gemilang pengetahuan pada masa keemasan peradaban Islam. Salah satu titik mula yang berujung pada capaian sains dan teknologi saat ini.
Abdul Rahman III
Sultan Dinasti Umayyah ini yang menegakkan kekuasaan Islam di Semenanjung Iberia alias wilayah Spanyol dan Portugal saat ini. Terkenal dengan toleransinya, Abdul Rahman III menjadikan Andalusia sebagai mercusuar ilmu pengetahuan di Eropa selama berabad-abad. Hanya kemudian, ketika kejayaan itu runtuh, semuanya tenggelam, bahkan umat Islam sendiri banyak yang tak mengenalnya lagi.
Salahuddin al-Ayyubi (1137-1193)
Panglima dari Suriah ini mengubah sejarah dengan merebut kembali Yerusalem dari pasukan Perang Salib. Hingga saat ini, pendiri Dinasti Ayyubiah yang berpusat di Mesir tersebut dipuji di Eropa karena kemuliaan dan sikap ksatrianya dalam peperangan. Namun demikian, jarang umat Islam menjadikannya inspirasi dalam setiap perjuangannya.
Mansa Musa (1280-1337)
Kala berhaji pada 1324, sultan dari Kekaisaran Mali ini disebut mendermakan emas begitu banyak sehingga menimbulkan deflasi. Terkenal sebagai kaisar paling kaya di dunia. Ia juga mendorong pencerahan di wilayah Afrika Barat saat itu, dengan Timbuktu sebagai pusat pembelajaran.
Mehmed II
Sultan Dinasti Turki Utsmaniyah ini mengakhiri 1.800 th lebih keberadaan Kekaisaran Bizantium dengan menaklukkan Konstantinopel pada abad ke-15. Capaian tsb membawa Utsmaniyah pada puncak kejayaan, sementara Mehmed II selamanya pemegang julukan Al Fatih/Sang Penakluk.
Para pemimpin legendaris ini, penting dijadikan rujukan dan tak dilupakan dalam catatan sejarah Islam. Jika umat Islam masih memiliki tokoh, kenapa harus menilik tokoh lain dengan kapasitas dan pengaruh yang sama?
Itu dalam kepemimpinan. Lebih banyak lagi, terkait dengan sains yang menjadi titik awal perkembangan modern. Sebut saja Ibn Sina dan Khawarizmi. Semuanya hampir tenggelam, karena peradaban dunia saat ini sudah tersedot ke arah yang yang lain.