Suatu ketika, dua lelaki buta duduk di jalan yang dilalui Ummu Jakfar. Ummu Jakfar memang dikenal sebagai perempuan dermawan. Seorang dari dua lelaki tersebut memiliki keluarga dan ia berdoa, “Ya Allah berilah saya rejeki dari keutamaan-Mu yang luas”. Sementara yang satunya masih sendiri yang tidak punya keluarga, juga berdoa, “Ya Allah berilah aku rejeki dari keutamaan Ummu Jakfar”.
Akhirnya, untuk lelaki pertama, Ummu Jakfar mengirimkan dua dirham, sedangkan untuk lelaki kedua ia mengirimkan dua potong roti. Masing-masing keduanya juga diberi ayam panggang yang perutnya diisi sepuluh dinar, tanpa sepengetahuan keduanya. Menerima pemberian tersebut, lelaki kedua mengatakan, “Ambil dua potong roti dan dua ayam panggang ini, dan berikan padaku dua dirham itu!”
Selama satu bulan, Ummu Jakfar mengirimkan hal demikian, dan terus terjadi pertukaran barang antara keduanya.
Pada akhirnya, Ummu Jakfar mengatakan kepada orang-orang di sekitarnya, “Kalian tanyakan kepada orang yang meminta keutamaanku, ‘Apakah pemberianku menjadikanmu kaya?’” Lelaki tersebut berkata, “Kalian tanya pada Ummu Jakfar, ‘apa yang ia berikan padanya?’” Saat ditanya, Ummu Jakfar menjawab, “Tiga ratus dinar.” Lelaki tersebut berkata, “Tidak, demi Allah ia hanya mengirimiku ayam panggang dan dua potong roti setiap hari. Aku jual semuanya ke temanku seharga dua dirham.”
Saat itulah, Ummu Jakfar berkata, “Benar laki-laki itu. Ia meminta dengan keutamaan Allah, hingga Allah memberikan kekayaan tanpa ia duga, tanpa ia ingin untuk kaya. Adapun yang meminta melalui keutamaanku, Allah mencegahnya dari keinginannya menjadi kaya. Hal ini agar manusia tahu bahwa kekayaan hanyalah milik Allah. ”
***
Kaya adalah bagian dari takdir Allah, karena kaya hanya milik Allah. Allah lah yang mengatur nasib hambanya, antara kaya dan miskin. Suatu bukti bahwa kekayaan adalah milik Allah, orang yang sudah kaya pun akan tetap ingin lebih kaya. Kalau kaya milik manusia, orang yang dinilai kaya tak akan menambah kekayaan, karena kekayaan sudah di tangannya.
Untuk menggambarkan bahwa semuanya milik Allah adalah tubuh kita. Semua organ tubuh kita adalah milik-Nya, yang suatu saat akan diambil kembali. Seseorang bisa saja mengatakan, “Telinga saya ini peka terhadap segala suara.” Akan tetapi, pada hakikatnya telinga tersebut adalah milik Allah. Kepekaan telinga suatu saat akan dicabut.
Pencabutan semua organ tubuh ini menjadi bukti bahwa kita tidak memilikinya. Kita tidak bisa menolak, jika suatu ketika rambut mulai berubah putih, gigi mulai tanggal dan nyawa dicabut dari tubuh. Sama sekali kita tidak bisa menolaknya, karena hakikatnya adalah milik Allah.